Dying Of The Light



Senin 16 januari 2012. dr. Bernado Sanchez Dalmau masuk bersama dua perawat. Dia hanya melihatnya sekilas kemudian kembali berfokus menatap lampu terang yang berada tepat di atas kepalanya.

"Hai kawan. Sudah siap?" sapa dr. Sanchez sembari merapikan alat-alat operasinya.

"Si," balasnya berusaha tersenyum seperti biasa. Penglihatan mata kanannya terganggu akibat kecelakaan beruntun yang terjadi di sirkuit Sepang akhir musim gugur tahun lalu. Dia bersama Jules Cluzel dan Bradley Smith terpeleset di tikungan 10 pada awal-awal free practice hari jumat 21 oktober 2011.

Tidak hanya itu, dia harus rela menyerahkan gelar juara dunianya pada Stefan Bradl, karena gagal tampil di Sepang dan Valencia.

"Tenang saja, tidak akan sakit." ujar dr. Sanchez membuatnya kembali berfokus pada operasi yang akan dia lalui.

"Ah..." dia mendesah ketika seseorang menusukkan benda tajam yang terasa mengigit permukaan kulitnya. Anestesi lokal. Prosedur operasi. Perlahan seisi ruangan berubah menjadi gelap. Dan tubuhnya seperti tertarik. Jauh. Ke tempat lain. Sepertinya dia kembali pada masa sebelumnya. Dejavu. Dia ingat sedang duduk di sudut paddocknya. Kecewa karena hanya bisa duduk diam menyaksikan para rivalnya yang berlaga di atas aspal sirkuit sepang.

Dan dia kembali teringat wajahnya. Mata bulat yang selalu berbinar seperti mentari tiba-tiba saja dipenuhi bulir-bulir bening seperti kristal dan terus mengalir tanpa henti.

"Aku akan baik-baik saja," ujarnya sambil berbaring lemah di rumah sakit, sesaat setelah kecelakaan beruntun yang mengakibatkan gelar juara dunianya melayang. "Jangan nangis terus! Aku akan baik-baik saja," Marc masih mencoba tersenyum untuk menghibur Callinda.

Tapi Callinda terus saja menangis dan membuat Marc tidak tahu harus berbuat apalagi untuk menghentikan tangisannya. Hingga akhirnya Marc meletakkan kedua telapak tangannya di pipi Callinda dan mengusap air matanya.

Callinda menatap Marc. Mata bundar penuh warna coklat itu kini sayu. Redup seperti mentari yang kehilangan pijarnya.

"Berhentilah."

"Tidak. Kau tahu ini mimpiku."

"Tapi aku takut kehilanganmu."

"Kau bisa lihat aku baik-baik saja."

"Sekarang memang ya, tapi kita tidak tahu apa yang akan terjadi nanti."

"Ku kira kau sudah tahu apa jawabanku."

"Lo se."


Setelah hari itu Marc tidak pernah bertemu atau bahkan mendengar kabar tentang Callinda. Terakhir yang dia tahu, Callinda pergi ke Vallegrande untuk menemui Ibunya yang tinggal di sana. Dulu Callinda pernah berjanji mengajaknya ke Vallegrande saat perayaan Fiesta de La Cruz. Tapi itu sudah lama sekali.
***


Berada di posisi kedua saat start Marc langsung melesat memimpin balapan. Namun tak berselang lama akibat kecerobohannya di lap ke-5 dia keluar dari lintasan dan merosok ke posisi lima. Dalam keadaan tertekan senyum itu kembali muncul. Di antara ribuan lampu-lampu yang berpendar menyinari lintasan pada balapan malam sirkuit Losail, Qatar. Tiba-tiba saja Marc teringat dengan matanya yang bulat, coklat dan berbinar seperti mentari.

Jujur saja, hari-hari Marc sunyi setelah dia pergi.

Perlahan Marc mulai merangsek dan merebut kembali posisinya di lap ke 18 dari 20 lap total. Marc berada di posisi kedua di belakang Thomas Luthi. Dia memperlihatkan superioritasnya di straight. Entah karena motornya atau masalah power-to-weight ratio, Marc berhasil overtake Luthi di ujung straight setelah posisi side to side. Luthi keluar dari lintasan karena menghindari tuas remnya agar tidak mengenai motor Marc. Baginya tidak ada alasan untuk kalah.

Tapi pertempuran belum usai ketika Andrea Ianone berhasil merebut posisinya di 4 tikungan sebelum garis finis. Bukanlah Marc Marquez jika mudah menyerah. Selama belum melewati garis finis. Pertarungan belum berakhir. Marc berbalik mengambil kemenangannya di straight akhir. Dan membuka seri perdana moto2 2012 dengan manis.

Semua orang bersorak menyanyikan namanya, kepala mekanik dan kru timnya satu-persatu memeluknya dan memberi selamat. Namun tiba-tiba Emillio menarik Marc dari kerumunan dan mengatakan bahwa Alex ingin bicara. Es urgente. Sangat-sangat penting katanya.

Emillio membawa Marc ke belakang podium dan memberikan sebuah ponsel. Di seberang sana Alex sudah menunggu.

"Alo Alex, como estas?"

"Bien."

"Alex aku berhasil menang."

"Lo se. Selamat ya. Marc ada hal penting yang ingin ku katakan."

"Apa?"

Lama tidak ada balasan dari seberang. Alex sedang mengumpulkan tenaga. "Senorita Callinda. Dia menghilang."

Hening. Hanya sesekali terdengar suara Alex menarik napas dalam.

"Aku baru dapat kabar dari Ibunya di Vallegrande. Suatu hari dengan naik folta dia pergi ke Santa Cruz. Katanya ingin menyendiri di Madidi. Tapi kau tahu kan, hanya hantu yang berani ke tempat itu."

Hening lagi.

"Marc, apa kau mendengarku?





Catatan:
Si = Ya
Lo se = Aku tahu
Como estas? = Apa kabar?
Bien = Baik


4 comments:

  1. cerita yang menarik tentang nama2 pembalap super MotoGp... heehee!!

    ReplyDelete
  2. Ikutan nyimak aja,dan mohon ijin untuk memfollow blognya :-)

    ReplyDelete
  3. Cie yang ngepens sama marques...
    Siapa tuh?

    Aku datang.... Dan akhirnya bisa komeng...
    Jangan lupa gulingnya ya kak

    ReplyDelete
  4. Hafal bener, nama2 pembalap motoGp.
    Penggemar Marc ya? Hehe

    ReplyDelete

Apa pendapatmu tentang artikel di atas? Jangan lupa tinggalkan jejak!