Kopi Buatan Sri



Masih mengenakan sarung Rudi berjalan menuju teras rumahnya yang tidak seberapa besar, tidak juga memiliki taman karena rumahnya memang tidak begitu luas.

Punya rumah saja syukur Alhamdulillah. Itu yang selalu Rudi katakan pada Sri, istrinya.

Rudi merasa berada di syurga. Rumah kecilnya adalah surganya. Ketika pagi-pagi duduk sambil ngasih makan Jinggo, burung beo yang cuma bisa bicara 'selamat pagi' tidak peduli meski sudah tidak pagi atau tengah malam sekalipun. Ketika ada orang datang Jinggo akan menyapanya, ramah sekali burung ini.

Tak berapa lama Sri datang dengan membawa secangkir kopi hitam tanpa gula. Pas sekali, pikir Rudi. Langsung dia sambar kopi yang baru saja diletakkan di atas meja. Sambil ditiup-tiup dia seruput pelan. Rupanya Sri masih berdiri di ambang pintu. Sambil memainkan tali dasternya, Sri memperhatikan Rudi yang sedang menikmati kopi terbaik di dunia. Kopi buatan Sri.

"Mas," akhirnya Sri mengeluarkan suara manjanya. Setelah hampir lima menit berdiri dan Rudi tampak acuh. Suaminya memanglah begitu.

"Apa sayang?" jawab Rudi, seolah tahu apa yang hendak dikatakan Sri. Dia mengeluarkan jurus rayuan mautnya. Biasanya wanita akan luluh dengan kata-kata sayang dan perlakuan manja.

"Berasnya habis."

Rudi sudah menduga.

"Mas sudah tahu," jawab Rudi sembari tersenyum yang justru membuat bibir Sri manyun.

"Tapi kenapa Mas masih di rumah. Bukannya cari kerja."

"Iya sebentar lagi ya, sayang. Mas habiskan kopinya dulu."

"Sudah siang, kalau Mas tidak dapat uang hari ini kita mau makan apa?"

"Tenang saja, yang namanya rizki sudah ada yang mengatur."

"Gimana bisa diatur kalau Mas ndak kerja."

Rudi meletakkan kopinya lalu bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri Sri. Bibir manyunnya bikin gemes saja.

"Gusti Allah kan sudah mengatur dan menyiapkan rizki buat kita. Jadi jangan khawatir ya, sayang."

Selalu kalimat itu yang Rudi katakan pada Sri ketika Sri merajuk dan selalu ampuh membungkam Sri dan mengembalikan senyumnya. Begitu mendengar kalimat itu dibarengi colekan manja di dagunya Sri akan segera kembali ke dapur untuk memasak makanan kesukaan Rudi. Sungguh beruntung Rudi memiliki Sri.

***


Namun kini paginya tak secerah biasa. Mendung sepanjang tahun. Rumahnya pun kini bukan lagi syurga. Dulu dia bisa duduk sepanjang hari memandangi Jinggo sambil minum kopi buatan Sri.

Kopi buatan Sri, sudah tidak ada lagi.




Banyuwangi, 12 Juni 2016

4 comments:

  1. wah post pertama nih , cie pindahan

    ReplyDelete
  2. kalo saya kopi duren. nitip ya http://kite.bloger.id

    ReplyDelete
  3. halo. masih ingat aku. aku ini dulu pernah di mwb juga.

    sepertinya aku pernah baca yang cerita ini di blog mu di mwb. ihhhhihihi hmm jadi kangen mwb.

    ReplyDelete

Apa pendapatmu tentang artikel di atas? Jangan lupa tinggalkan jejak!