The Kindness Of Stranger (Chapter 2)

Baca Cerita Sebelumnya: The Stranger (Chapter 1)



Selma duduk berjongkok dengan menelungkupkan kepala di antara kedua kakinya, sementara pria misterius yang tiba-tiba muncul berbarengan dengan sekelompok orang yang menghancurkan kamar hotelnya. Selma yakin, bukan dirinya target utama orang-orang itu. Tapi pria asing ini. Siapa dia?

Pria itu sedang sibuk berbicara melalui ponselnya dengan seseorang yang terus dia panggil John. Setelah selesai berbicara pria itu lalu membuang ponselnya di tempat sampah dan menghampiri Selma.

"Ayo kita pergi."

Selma mengangkat kepalanya menatap pria yang kini berdiri di depannya. Matanya merah dan sembab. Tentu saja tidak mudah bagi seorang gadis biasa seperti Selma menghadapi situasi seperti ini. Membayangkan puluhan hingga ratusan peluru menyasar tak tentu arah dan meledakkan kamar hotelnya. Sementara dia harus mempercayai pria asing ini. Ketika dia berteriak untuk lompat, Selma pun melompat dari ketinggian lantai dua dan mendarat di rerumputan sementara yang Selma yakini hanyalah kalimat 'just trust me.'

"Who are you?" pertanyaan yang sedari tadi tidak mendapatkan jawaban sama sekali, bahkan pria ini seolah mengacuhkan kekacauan yang terjadi pada diri Selma. Setidaknya dia harus tahu, dia percaya pada siapa.

"Kita harus segera pergi."

Pria itu menarik tangan Selma, namun Selma membuang tangan pria itu dan mulai berteriak histeris memukul-mukul dada dan wajahnya. Selma benar-benar kacau sekarang. Dengan sekejap pria itu menangkap kedua tangan Selma untuk menghentikan gerakannya. Pria itu menatap Selma tajam. Matanya berwarna abu-abu. Selma terdiam dengan isak tertahan.

"Lihat itu!" pria itu menunjuk layar televisi yang bergantung di atas ruang tunggu stasiun subway. Sebuah acara berita yang mengabarkan tentang pesawat Varig dari Sao Paulo menuju Amsterdam meledak 15 menit setelah lepas landas.

"Astaga," Selma menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

"Turuti perintahku jika kamu masih ingin hidup." Selma mengangguk.
***


Pria itu membawa Selma masuk ke dalam subway tujuan Maracana. Suasana di dalam sangat lengang karena memang sudah tengah malam. Selma duduk dengan tubuh gemetar, dia terus mengigit jari-jari kukunya berusaha mengusir bayangan menakutkan tentang kamar hotel dan pesawat yang meledak.

"Tenang saja, kamu aman bersamaku," ujar pria itu seolah mengerti kecemasan yang Selma rasakan.

Aman? Selma baru saja ditembaki di kamar hotelnya dan pesawat yang hendak dia naiki meledak dan pria itu masih bisa bilang dia aman.

"Siapa kamu sebenarnya?"

"Declan Gormley. Aku adalah agen IMF."

"International Monetary Fund?"

"Bukan. Impossible Mission Federation."

"Makanan sejenis apa itu?"

Pria bernama Declan itu tersenyum tipis mendengar pertanyaan bodoh Selma. Sepertinya gadis ini benar-benar sedang terguncang. Declan mengeluarkan sebuah ponsel dari saku jaketnya dan menunjukkan sebuah foto pada Selma.

"Kamu mengenal pria ini?"

Selma memperhatikan foto itu dan teringat seseorang yang dia temui di Bandara Sao Paulo lima hari lalu, hari pertama dia menginjakkan kaki di Brazil.

"Aku menabraknya di Bandara."

"Dia juga seorang agen IMF sepertiku."

"Lalu apa hubungannya dia denganku? Dengan semua kejadian ini? Penembak di kamar hotel dan pesawat yang meledak. Apa yang sebenarnya terjadi?" Selma mulai emosional lagi.

"Pria ini memiliki sebuah informasi penting yang diinginkan oleh kelompok mafia terbesar di Sao Paulo. Dia harus menyerahkan informasi ini segera ke IMF. Tapi di perjalanan beberapa orang mengejarnya dan dia terpaksa menitipkan informasi ini padamu, sebelum dia terbunuh."

"Aku?" Selma kembali mengulang kejadian ketika pria itu menabraknya saat keluar dari toilet. Di saat itulah pria itu memasukkan sebuah kepingan CD ke dalam tasnya.

"Awalnya mereka tidak menyadari informasi itu ada padamu, hingga kemarin mereka merencanakan untuk meledakkan pesawatmu lalu membunuhmu di hotel."

"Jadi kamu yang merencanakan pembatalan penerbanganku? Ya kan?"

"Aku juga mengatur agar pelayan restoran itu memberimu caipirinha. Akan bagus jika kamu terjaga sepanjang malam."

"Lalu bagaimana dengan informasi itu? Aku sudah tidak memilikinya."

"Aku sudah mengambilnya. Sangat mudah."

Tiba-tiba saja subway yang mereka naiki berhenti dan terdengar suara orang berteriak ketika segerombolan orang bersenjata masuk ke dalam subway dan mulai menembak ke arah mereka.

"Menunduk!" Declan menekan kepala Selma agar tubuhnya berlindung di bawah kursi, sementara mengeluarkan pistol dan balas menembaki mereka. 2 orang tertembak dan muncul lebih banyak orang lagi yang menembaki mereka secara brutal.

Declan menarik Selma menjauh. Tapi gadis itu terus saja berteriak histeris dan justru menutup matanya. Sehingga beberapa kali Selma terjatuh dan tertinggal. Tapi dengan sabar Declan membimbingnya ke tempat yang lebih aman dengan terus melancarkan tembakan. Jika salah langkah sedikit saja mereka bisa tertembak dan mati.

Sebuah tembakan meleset hampir saja mengenai kaki Selma dan membuat Selma terpental ke sisi kiri sementara Declan berada di sisi kanan. Selma menunduk berlindung di bawah bangku subway mengikuti perintah Declan. Sementara Declan terus berusaha mendekati Selma namun terlahalang oleh tembakan beruntun yang diarahkan kepada mereka. Mereka tidak akan selamat jika terus bertahan di sini. Mereka harus pergi, tapi tidak mudah menjangkau Selma yang sebenarnya hanya berjarak beberapa langkah saja.

Hingga mereka menghentikan tembakan karena harus mengisi pelurunya. Ini lah waktu yang tepat. Dia tahu waktunya tidak banyak, dengan gerakan sangat cepat Declan mulai menembak mereka. 1, 2 tembakan mengenai tepat dada dan kepala. 2 orang di antara mereka ambruk. Kemudian Declan melangkah maju dengan tetap berlindung di antara kursi dia kembali menembak seorang lagi.

Tinggal tersisa dua orang, mereka telah selesai mengisi pistolnya dan kembali menembaki Deklan. Sebuah peluru nyaris mengenai telinga kirinya andai dia tidak segera menghindar. Declan membalas dengan 2 kali tembakan dan terdengar bunyi debuman. Seseorang tersungkur.

Saat pelurunya telah habis, dia justru melempar pistolnya dan mengenai pria berkepala plontos itu. Satu satunya pria yang tersisa. Pistol pria itu jatuh terlempar ke udara. Setelah mereka sama-sama tidak bersenjata, Declan keluar dari persembunyiaannya dan bersiap menghadapi pria itu.

"Aku akan membunuhmu, Gringo."

Pria itu mendorong perut Declan dengan kepalanya sehingga membuat Declan mundur ke belakang beberapa langkah. Declan berusaha memukul pria itu dengan kedua sikunya untuk melepaskan kepala pria itu dari tubuhnya.

Declan tersungkur dan pria itu berusaha meraih Declan, tapi Declan berhasil menendang wajahnya dan membuat pria itu terjatuh hingga menghantam kursi. Kini situasi berbalik, Declan berdiri dan memukul wajah pria itu dua kali. Namun pria itu menjegal kaki Declan sehingga Declan kembali terjatuh dan harus menerima pukulan bertubi di wajahnya.

DARR... Pria itu tiba-tiba tersungkur, jatuh menimpa tubuh Declan. Dari balik pria itu Declan melihat Selma mengacungkan sebuah pistol dengan tangan gemetar. Declan tidak percaya Selma memiliki keberanian sebesar itu.

Declan menyingkirkan tubuh pria itu dari atas tubuhnya dan berjalan mendekati Selma. Declan mengambil pistol tersebut dari tangan Selma lalu membuangnya.

"Tidak apa-apa. Semuanya sudah berakhir."
***


"Ada tim yang akan menjemputmu dan membawamu pulang ke Jakarta. Setelah itu kamu akan aman. Semuanya akan berakhir. Percayalah!"

Selma mengangguk. Entah kenapa setiap kali menatap mata Declan, Selma menjadi tenang dan percaya semua akan baik-baik saja. Mereka keluar dari Stasiun Maracana dan dengan berjalan kaki melewati jalan kecil yang sepi. Sebuah mobil van hitam bertengger di ujung jalan. Declan mengatakan mobil itu yang akan membawa Selma pulang.

Mereka mempercepat langkah agar dapat cepat-cepat membawa Selma ke tempat yang aman. Tapi mobil van itu tiba-tiba meledak dan membuat mereka terpental terjatuh di aspal. Selma melihat Declan yang berada beberapa langkah darinya nampak kesakitan dengan darah mengalir di dahinya. Keadaan Selma tidak lebih baik. Benturan hebat membuat lengannya terluka dan rasanya tulang punggungnya patah. Beberapa orang bersenjata kembali mendekati mereka, namun kali ini mereka tidak sendiri. 2 buah mobil van penuh dengan anggota IMF datang membuat baku tembak kembali tak terelakkan.

Lagi-lagi Selma harus mendengar suara tembakan yang memekakkan telinga dan kepalanya hampir pecah karena kembali harus menghadapi situasi seperti ini.

"Declan," Selma berusaha membangunkan Declan yang terlihat tidak sadarkan diri. Ketika Selma hendak meraih Declan, beberapa orang menarik tubuhnya dan memasukkan dia ke dalam ambulance.
***


Selma terbangun di dalam ruangan serba putih dengan perban memenuhi lengannya dan kepalanya terasa sangat pusing. Ketika seorang dokter berbicara dan menghiburnya dengan senyum khas 'kamu akan baik-baik saja', seorang laki-laki berpenampilan perlente masuk dan memperkenalkan namanya John Musgrave.

Dia mewakili IMF meminta maaf dan berjanji akan membawanya pulang dengan aman dalam beberapa jam lagi. Separuh kalimat John Musgrave tertelan angin.

Selma tidak lagi memikirkan tentang keselamatannya. Kini dia justru memikirkan si orang asing yang telah mendobrak segala batasan dan ketenangan hidupnya. Tapi lebih dari itu, Declan telah menjaga Selma hingga saat ini. Dan Selma menantikan kapan mereka akan bertemu lagi.



-THE END-



Catatan: Gringo = Bahasa Latin untuk menyebutkan orang asing atau lebih spesifik, orang kulit putih yang berasal dari Amerika Utara.

15 comments:

  1. Kaya film barat ya menegangkan...
    Kejadiannya juga banyak tak terduga.

    ReplyDelete
  2. ceritanya dikit berat, gak kuat bacanya:D

    ReplyDelete
  3. Ceritanya cukup menarik.
    Terus berkarya dan sukses selalu......

    ReplyDelete
  4. Wah, Declannya tewas ya? Seru juga ceritanya kayak film james bond.

    ReplyDelete
  5. Wih... seru, tegang, dan pastinya sangat menyesal kalau aku tak mengikuti hingga selesai.
    Eh, udah selesai ya? Hehe

    Maaf, aku memang suka dg film action, jadi kalau membaca cerita action malah rasanya seperti nonton film.HA HA.

    ReplyDelete
  6. Selma dan Declan atau Deklan, ya aku ingat cerita ini
    Aduh jadi ingat kenangan di istana yang itu

    maaf selalu datang terlambat

    ReplyDelete
  7. ini lanjutannya ternta wkwkwkwk :v eh itu udah THE END aja ya :(

    ReplyDelete
  8. bakalan tayang gk ni filemnya, hehe
    salam kenal mbk,,,

    ReplyDelete
  9. Hebat, saya membaca ini, benar-benar ditarik seakan melihat dan ikut dalam kondisi salma.. keren

    ReplyDelete
  10. Anjir, chapter dua isi plot ceritanya konflik semua sampe akhir, pembaca dibuat kepaksa buat enggak pergi dari halaman ini, keren, keren, keren.

    Pertanyaannya:

    1. Siapa yang memenangkan baku tembak setelah mobil van hitam meledak? Mafia atau IMF?

    2. Bagaimana kelanjutan dari nasib Declan? Enaknya cerbung itu bisa bikin penasaran buat pembaca, tapi kalo diterusin sampe berchapter-chapter yang ada cerpennya berubah jadi novel yang ada. Hehe

    Overall, cerpen bersambung dengan judul stranger ini bagus banget soalnya gue menikmati ceritanya dari awal sampe akhir.

    Di chapter 1 itu masih prolog dan pembaca dibuat mikir keras, siapa si orang asing yang bakalan berurusan dengan selma dan ada keperluan apa sampai-sampai selma harus bertemu dengannya.

    chapeter 2 menjawab semuanya kecuali 2 pertanyaan gue diatas ra.

    Thanks fara udah buat cerita sebagus ini. :)

    Karena gue suka cerpen jadi kalau fara update cerita yang menurut gue bagus, bakalan gue abisin itu cerpen kayanya. wkwk :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah terima kasih karena udah baca sampai akhir.

      Untuk 2 pertanyaan itu, aku memang sengaja nggak ngasih cerita lebih lanjutnya. Karena menurutku pribadi apa serunya membaca sebuat cerita yang ditulis dan dijelaskan dari awal sampai akhir cerita, yang menarik adalah ketika kita dibuat menebak akhir kisah cerita itu sendiri. Akan lebih ngena daripada ending yang dijelaskan secara rinci. Ini menurtku sih...

      Jadi aku pengen mengajak pembaca nggak cuma membaca ceritaku tapi juga bermain imajinasi dengan menebaknya sendiri.

      Delete
  11. Nggi agaknya kamu emang berbakat ni nulis cerpen. Sekarang temannya mafia en agen.,,keren amat

    Btw declane ama selma akhire gimana?
    Declane aku tebak ga mati kan?

    ReplyDelete
  12. Wah, menarik sekali ceritanya. Aku sampe deg degan bacanya dari bagian pertama. Terus gimana nasib si declane? Bisa matikah? #ahahaha #asbak=asaltebak
    Salam kenal ya. Oia, aku masukan dalam blogrollku ya,tak coba follow. Agak aneh kok tak bisa ya?

    ReplyDelete
  13. Tegang tapi sempat "mesem" juga baca kepanjangan IMF..he.he.he..

    ReplyDelete
  14. meski sampai dua halaman saya baca sampai selesai, baca seperti nonton film

    ReplyDelete

Apa pendapatmu tentang artikel di atas? Jangan lupa tinggalkan jejak!