Anusapati



Ilustasi oleh Istiana Fitriani



Tohjaya masuk ke sebuah ruangan gelap yang sudah mulai ditinggalkan bertahun-tahun silam. Ada sebuah pembaringan tempat sang ayah meregang nyawa sebelum mengucapkan sebuah nama.

"Mpu Gandring."

Lalu keris itu dihunuskan ke ulu hati dan dia pun tertawa puas.

Selagi tahta telah direngkuh dan dia berhasil menjadi orang nomor satu di Singhasari. Padahal ayahnya yang telah membawa Tumapel menjadi sebuah kerajaan terbesar di tanah Jawa. Lantas dia yang berjalan menaiki tahta.

Dengan sebilah keris bekas darah sang ayah yang selalu diselipkan di pinggang. Kebanggaan luar biasa karena telah behasil membungkam ayahnya dan mengirimnya ke neraka.

Haruskah Tohjaya diam saja?

"Balaskan dendam ayahmu! Bunuh Anusapati!" bisik Pranaraja, pembantu setianya.

Yang ada di kepalanya kini memang hanyalah membunuh Anusapati dan membalaskan dendam sang ayah. Setelah itu Tohjaya bisa menjadi Raja. Tahta itu adalah miliknya.

"Bukan, tahta itu bukan milikmu. Kamu hanyalah putra dari seorang selir," ujar Ken Umang setiap kali Tohjaya berbicara mengenai tahta.

"Ayahku yang memimpin pemberontakan Tumapel dan mendirikan Singhasari dengan keringat dan darah. Aku adalah putra Ken Arok, darah dagingnya. Sementara Anusapati hanyalah putra Ken Dedes dan Tunggul Ametung. Dia tidak berhak atas tahta Singasari."

"Anusapati membunuh ayahmu karena dendam masa lalu. Sebab ayahmu yang telah membunuh Tunggul Ametung. Jangan membalas nyawa dengan nyawa. Dendam bukanlah sebuah penghabisan melainkan hukuman yang baru saja dimulai."

Sintru, Ken Umang memandangi api yang menari meliuk-liuk, seolah sedang berpesta dan merayakan duka keluarganya. Seperti api, dendam itu memang menari di awal, tapi terbakar habis sesudahnya. Jadi tinggal pilih, memadamkan api atau terbakar habis bersama api.

***




Pranaraja menunjuk Anusapati yang sedang berada di tengah kerumunan ramai, sekelompok orang membentuk lingkaran mengerumuni sebuah pagar yang terbuat dari bambu berbentuk melingkar. Sementara dua ayam jago sedang menunjukkan siapa yang paling kuat di antara mereka.

Anusapati terlihat sangat semangat meneriakkan nama ayam jagoannya yang memang tersohor di seluruh Singhasari. Setiap sore yang dilakukan Anusapati hanya bermain sabung ayam. Raja macam apa itu? Pikir Tohjaya.

Tohjaya berjalan mendekat ke arah Anusapati. Begitu larutnya dia tidak menyadari kedatangan Tohjaya.

Selalu diselipkan di pinggangnya. Keris Mpu Gandring yang masih memiliki bekas darah sang ayah. Merangsek masuk ke dalam kerumunan, Tohjaya mengambil kering Mpu Gandring dari pinggang Anusapati yang sudah larut dalam permainan adu cakar dan jalu.

Hanya dalam hitungan detik, keris itu menancap tepat di ulu hati Anusapati. Tepat di tempat dulu Anusapati menghunus keris yang sama pada tubuh ayahnya.

Seketika riuh, semua orang berteriak melihat Anusapati bersimbah darah dengan sebilah keris dan Tohjaya yang tertawa bahagia.



10 comments:

  1. Perebutan tahta dikerajaan singosari memang lebih pelik dari yang kita bayangkan.

    Sampai raja terakhir pun yaitu kertanegara sebagai keturunan terakhir ken arok masih terjadi banyak terjadi pemberontakan. Tapi bisa jadi itu hanya sebuah rekayasa kekuatan asing untuk memecah belah para ksatria yg ada di bumi nusantara.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ada unsur kekuatan asing agar saling bertikai antar sesama anak negeri.

      Delete
  2. Dendam semakin membara, tapi bagaimana nasib kerajaan Singosari nantinya. Jika sang keturunan raja saling menyimpan dendam.

    ReplyDelete
  3. Kisah klasik dalam perebutan tahta dan singgasana. Segala cara dilakukan demi memuaskan ambisinya.

    ReplyDelete
  4. kembali mengingat pelajaran sejarah waktu sd, dan baru ngerti sekarang intrik perebutan kekuasaan itu sudah ada sejak jaman kerajaan mbak

    ReplyDelete
  5. PAs banget aku lagi baca buku Gajah Mada Mbak. Anusapati otomatis tersebut :)

    ReplyDelete
  6. Dari dulu sampai sekarang, perebutan tahta selalu saja menjadi dendam dan amarah yang berujung pada pertumpahan darah. Hmmm...

    ReplyDelete
  7. semuanya berbut tahta, eh .. tahta itu bukannya band jaman dulu ya ? hehehe:D

    ReplyDelete
  8. Buset gw berasa lagi ngendon di kelas sejarah..

    ReplyDelete

Apa pendapatmu tentang artikel di atas? Jangan lupa tinggalkan jejak!