Stacat (Chapter 2)

Stacy sangat membenci kucing, dia akan mengusir bahkan tidak segan memukul kucing yang berada di dekatnya. Termasuk Kopi, kucing milik Audry, adik Stacy. Apalagi di saat Stacy sedang pusing memikirkan masalah dengan sahabatnya, Lia. Yang belakangan dekat dengan Elga, pemuda yang Stacy sukai. Kopi yang tidak sengaja masuk ke dalam kamarnya menjadi sasaran kemarahan Stacy. Namun sesuatu yang aneh terjadi pada tubuh Stacy, tiba-tiba saja dia berubah menjadi mahluk yang paling dia benci. Baca Cerita Sebelumnya: Stacat (Chapter 1)




"Meong... Meong..."

Ups, kenapa suaraku jadi aneh gini? Batin Stacy. Tiba-tiba dia merasakan ada yang aneh dengan dirinya. Tubuhnya ditumbuhi bulu-bulu halus berwarna putih dan dia memiliki ekor. Hah, ekor?

Stacy berlari berputar-putar mengejar ekornya sendiri hingga dia merasa kepalanya pusing dan mulai kelelahan.

"Hei, lihatlah kucing itu. Aneh," ujar seekor kucing berwarna belang kuning dan abu-abu yang datang bersama kucing berwarna hitam pekat.

"Siapa dia? Sepertinya anak baru," sahut si kucing hitam.

"Sedang apa kalian, cepat pergi! Aku jijik sekali dengan kucing-kucing ini," Stacy mengenali mereka adalah kucing liar yang suka masuk seenaknya ke dalam rumah dan mengambil makanan. "Tunggu... Kalian bisa bicara?"

Kedua kucing itu tertawa dan mengatakan bahwa Stacy sudah gila.

"Arghhh... Bagaimana mungkin, kalian nggak mungkin bisa ngomong kan," Stacy berteriak histeris.

"Tentu aja kita bisa ngomong. Gimana sih, dasar kucing aneh," Kucing Hitam itu berjalan mendekati Stacy yang ketakutan. Bagaimana bisa tubuh kucing itu jadi jauh lebih besar darinya.

"Si-siapa yang kalian maksud kucing aneh?"

"Kamu kucing baru ya? Darimana asalmu?"

Stacy semakin tidak mengerti, kenapa kedua kucing liar itu menyebutnya kucing.

"Jangan ganggu dia!" seekor kucing berwarna coklat datang muncul dari kegelapan.

"Kopi," bisik Stacy dalam hati. Ngapain sih, Audry ngasih nama kucing itu Kopi? Kan jadi aneh nyebutnya tau.

"Selamat malam Kopi? Belum bobok? Sudah potong kuku kan? Hahaha," Kucing berwarna hitam itu seperti sedang mengolok-olok Kopi. Dia menunjukkan kuku-kuku jarinya yang tajam seperti siap akan menerkam. Dia tersenyum menyeringai.

Stacy ingat bahwa Audry secara rutin membersihkan tubuh Kopi termasuk memotong kuku jarinya agar kucing itu tidak mencakar-cakar perabotan di rumah mereka. Karena jika Stacy mengetahuinya, dia tidak segan untuk memukul Kopi dengan gagang sapu.

"Kenapa kalian suka sekali mengganggu kucing lain?" Kopi berjalan ke arah Stacy dan menjauhkan kucing hitam itu darinya.

"Kita nggak ganggu dia kok, kita cuma pengen kenalan," sahut kucing berwarna kuning.

"Sebaiknya kalian pergi atau-"

"Atau apa? Ngadu sama majikanmu? Sebaiknya kamu yang masuk, bahaya kalau sampai Feri lihat kamu berkeliaran di luar rumah."

Kedua kucing itu tertawa sebelum akhirnya mereka menghilang di balik kegelapan. Kini tinggal Stacy dan Kopi.

Stacy berusaha melompat ke arah jendela kamarnya. Tapi entah kenapa dia tidak bisa melompat, selalu gagal yang pada akhirnya membuatnya menabrak tembok. Padahal seharusnya dia bisa melompat seperti kucing lainnya, atau mungkin karena dia belum terbiasa dengan tubuh barunya itu.

"Jangan masuk ke sana. Bahaya!" seru Kopi. "Kakaknya Audry nggak suka sama kucing apalagi kucing liar yang masuk kamarnya, kamu bisa dipukul pakai gagang sapu. Sebaiknya kamu pergi."

Setelah memperingatkan Stacy agar tidak masuk ke kamarnya sendiri, Kopi pergi meninggalkannya. Dengan tubuh barunya yang berbentuk kucing, Kopi tentu saja tidak dapat mengenalinya, bahwa dialah Stacy, kakak Audry yang suka memukul dan mengusirnya.

"Tunggu!" Stacy mengejar Kopi.

"Kamu sebaiknya pergi!"

"Aku nggak tahu harus kemana," ujar Stacy sedih.

"Kamu nggak bisa masuk ke sini."

Kopi berjalan menuju celah kotak berukuran tubuhnya yang terletak di bagian bawah pintu, tertutup oleh tirai plastik berwarna merah menyala. Terlihat kontras dengan pintu yang berwarna coklat.

Stacy menatap Kopi yang melompat masuk ke dalam celah berbentuk kotak itu lalu menghilang. Dia seolah ingin menangis saat itu juga. Kenapa dia harus mengalami hal seperti ini dan sekarang Stacy tidak tahu harus kemana ataupun berbuat apa.


To Be Continued


11 comments:

  1. Stacy mimpikah? Atau ia benar-benar jadi manusia kucing?

    Ah, sist.. Jangan bikin saya penasaran.

    ReplyDelete
  2. Masih agak bingung nih Mbak :)
    ditunggu lanjutannya ya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Karena masih chapter 2 mbak jadi masih penuh misteri hehe

      Delete
  3. Mmm..berubah jadi manusia kucing ??

    ReplyDelete
  4. karna belum baca yg pertama jadi agak bingung dg nama dan karakternya, tapi mungkin nanti dibaca deh yg pertama, hehehe:D

    ReplyDelete
  5. Masih bikin penasaran nih nggi,hehe
    Saya kira dah selesai

    ReplyDelete

Apa pendapatmu tentang artikel di atas? Jangan lupa tinggalkan jejak!