Angin Apa Yang Membawamu Kembali?

Angin Apa Yang Membawamu Kembali?

<< Part 3 Part 4 - Part 5 >>



Semilir angin musim kering ini mengingatkanku pada satu janji. Kamu berujar seolah-olah pasti, seolah aku dan kamu cinta sejati. Tapi ketika aku menyadari angin itu telah tertelan ombak dan buih, aku bisa apa selain duduk terdiam di pinggir samudera. Memang aku tidak pernah kamu bawa masuk, hanya duduk di ambang pintumu. Tidak masuk tidak juga keluar. Hingga saat ini, aku menunggu di ambang pintu.

Di antara karang dan debur yang mendayu-dayu seolah lagu sendu yang sedang bergurau, sementara aku patah sepatah-patahnya.

Lalu untuk apa kamu menyapa? Sekadar menanyakan kabar dan laki-laki baruku? Dia bukan apa-apa sebab kamu masih menggangguku. Mengacaukan pikiranku dengan sekali datang lalu pergi. Khas seorang angin.

Angin apa yang membawamu kembali?
Setelah sekian lama berembus pergi.
Angin apa yang membuatmu pulang?
Meningat mungkin aku bukanlah rumah bagimu yang tak akan pernah mengucapkan selamat datang.
Sama seperti ketika kamu pergi.

Tidak ada ucapan perpisahan atau selamat tinggal yang berarti cukup sampai di sini aku tidak mau kamu kembali.

Tapi kamu datang, menyapaku meski hanya singkat. Tahukah itu cukup membuatku berharap? Tahukah, itu cukup berarti sehingga aku berani bermimpi kamu akan membawaku pergi, berembus bersama, terbang berdua ke tempat yang dulu pernah kamu sebut rumah.

Dengan caramu memanggilku walau hanya berupa nama, ya kita telah lalui beberapa masa di mana aku menjadi namaku di setiap ujarmu yang menjadikan itu indah. Lalu sesekali kamu menyapa.

“Gi.”

Itu membuatku berani bermimpi bahwa kalimat selanjutnya adalah, “Maukah kamu menikah denganku.”


19 comments:

  1. Cinta jika sudah terlalu dalam tertanam, kadang masih saja mengharapkan hembusan angin. Sadar kalau angin itu hanya membawa berita palsu, angin hanya menina bobokan sesaat. Kemudian hati terluka dan terpanas oleh cuaca.
    ah alangkah indahnya jika menemukan orang baru alangkah lebih mesranya dengan hal baru daripada hal lama yang akan membuat hati terluka.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mungkin kalimat yang mengatakan bahwa cinta sejati datang hanya satu kali, hmmm bisa dibilang benar juga. bisa saja mendapatkan pengganti namun tidak akan pernah sama perasaannya.

      Delete
  2. Angin apa yang membawamu kembali?
    Dalam cerita ini menurutku cinta yang membawanya pulang
    "Gi"
    nama panggilan yang terdengar lebih indah dari orang yang telah membuatku berani kembali berharap dan bermimpi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Angin yang hanya meninabobokan dan angin yang hanya membawa kabar yang tak pasti.

      Delete
  3. Percuma“Gi.”Walau ku katakan, “Maukah kamu menikah denganku?”itu serasa percuma, toh apapun yang kukatakan kau tetap menganggap aku angin. Wkwkwkk

    ReplyDelete
  4. Angin apa yang membawaku kembali? Aku datang bukan karena terbawa angin, 'Gi'. Tapi aku datang justru membawa angin. Aku datang membawa angin, dan ingin membawamu terbang bersama mengarungi luas samudra. Tapi jangan lupa bawa pelampung ya. Haha

    ReplyDelete
  5. Angin kebahagian untuk membawa masuk ke samudera menikmati sejuknya air laut dan indahnya pemandangan di alam bebas dinikmati berdua selamanya.

    ReplyDelete
  6. ☺ini ungkapan hati mbak Anggi ya?

    Diam2 berkecambuk gelora rindu ya, mbak..

    Lelaki yg tidak jelas dan tidak tegas di-delete saja dr ruang hati..meski berat dan sulit, harus diusahakan. Lama2 terbiasa dan insyaAllah diganti dg yg jauh lebih baik. Sibukin diri dg Allah saja. Belajar, memahami ilmu, ya ikhtiar juga nyari cowok sholeh yg siap nikah hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Banyak yang ingin ku ceritakan padamu mbak. andai saja aku mampu.

      Delete
  7. Wew, tak disangka hebat juga dalam membuat prosa, seolah isi artikel ini seperti sebuah sastra saja.

    Padahal sedang butuh kepastian he..he..

    Tenang saya bantu doa dari sini semoga yang diharapkan terwujud.. 🙏

    ReplyDelete
  8. Kesetiaan cinta masih tergambar dari sosok cerita diatas.

    Saya melihat teman2 MWB banyak berkumpul disini.

    ReplyDelete
  9. duh, kalo aku mah ketika end atau di-end-kan aku suka dendam ke diri sendiri buat jadi lebih ok. dan ketika aku lebih Ok aku yakin bakal dapet yang lebih Ok. dulu sih sempat berharap juga maksudnya pernah ngerasai kayak tulisan ini, tapi di akhir, emang `dia` kayak angin yang berhembus sekilas bikin inget kemudian bergerak dan lupa ;)
    semangat anggi ;)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sebenarnya tidak ada yang salah. semua baik. aku baik. dia baik. aku mungkin nggak bisa lebih baik dari ini. yang bisa kulakukan sekarang hanyalah semangat. hehehe terima kasih....

      Delete

Apa pendapatmu tentang artikel di atas? Jangan lupa tinggalkan jejak!