Pertama Kali Nyoba Bikin Riddle


Assalamualaikum....

 

Sudah lebih dari satu tahun lamanya blog ini terbengkalai, berhenti memposting cerita cerita fiksi yang biasanya idenya muncul secara absurd. Meskipun banyak sekali ide nulis yang bergentayangan di atas kepala, namun apalah daya saya cuma punya dua tangan yang tidak sanggup digunakan untuk menggapai semua keinginan.


Salah satunya untuk tetap aktif menulis fiksi di blog ini, biar tetap waras.


Seperti yang teman-teman tahu, (kalau teman-teman masih ada yang mampir ke blog ini - hiks...) saya memiliki dua blog dan pekerjaan sebagai Freelance 'Penulis Artikel' yang justru lebih sibuk ngurusin website orang daripada blog ini, sampai nggak punya waktu buat nulis fiksi.


Tapi tiba-tiba belakangan jadi tertarik banget buat nyoba bikin Riddle (sebenarnya sudah dari ribuan tahun lalu, cuma baru disempetin aja). Dan akhirnya jadilah beberapa judul Riddle yang berhasil tercipta tengah malam di kala ketidakwarasan menggerogoti jiwa hingga yang tersisa hanya asa untuk menatap jingga keesokan harinya.


FYI siklus hidup saya memang hanya eksis saat senja hingga pagi buta.


Seperti yang kita tahu, Riddle sendiri adalah Bahasa Inggris yang artinya teka teki, Riddle dibuat dengan tujuan hiburan dan biasanya memiliki banyak genre. Mulai dari humor hingga horror.


Namun sebagian besar Riddle yang kita kenal mengusung tema horror yang menyeramkan. Tidak hanya eksis dalam Bahasa Inggris, lambat laun banyak sekali Riddle berbahasa Indonesia yang bergentayangan di dunia maya.


Nah, kali ini saya akan mencoba membuat Riddle, dan karena masih belum memiliki pengalaman alias baru pertama kali mencoba, mohon maaf jika jawabannya mungkin mudah ditebak. Riddle yang saya buat memang memiliki tingkat kesulitan rendah atau easy. 


Sehingga jangan heran jika pertama kali membacanya, teman-teman bisa langsung menebak jawabannya.


Tak perlu berlama-lama lagi, mari simak Riddle pertama buatan saya ini ya. Nanti teman-teman bisa cek jawabannya di akhir cerita. 





Riddle

Judul: Kesepian


Aku tinggal bersama dengan Ayah, Ibu dan adik laki laki ku. Namun aku selalu kesepian sebab mereka tidak pernah mempedulikanku. Mereka marah dan membenciku. Setiap hari mereka mengacuhkanku, tidak ada yang mau bicara denganku, bahkan ketika aku bertanya pada mereka.


Ibu sepanjang hari menghabiskan waktunya di tempat tidur, sedangkan Ayah hanya duduk saja sambil nonton film kartun.


Hanya tersisa adik laki laki yang bisa diajak bermain, namun dikarenakan sesuatu dia tidak bisa aku ajak berbicara.




Nah, sudah mulai bisa menbak jawabannya?


Sebelum teman-teman memeriksa jawaban yang benar di bawah ini, sekadar mengingatkan dulu saya juga sempat membuat Riddle namun dibalut dengan gaya Flashfiction biar tidak terlalu singkat.


Baca Selengkapnya, jika teman-teman penasaran  Di Balik Menghilangnya Sari.


Pada Riddle tersebut sengaja saya tidak memberitahukan jawabannya, namun rupanya ada beberapa orang yang berhasil mengetahui jawabannya dengan tepat.


Ya, jawabannya adalah Ana dan Tunangan Sari lah yang sengaja menenggelamkan Sari ke salah satu Pantai yang ada di Selatan Pulau Jawa, agar mereka bisa bersama. Lalu menjadikan mitos setempat mengenai Ratu Pantai Selatan sebagai salah satu alibi untuk menutupi kejahatan yang telah mereka perbuat.


Biar tidak semakin penasaran, berikut ini adalah jawaban dari Riddle: Kesepian, cek jawaban teman-teman, benar nggak ya?





Jawaban :

 

Ibu dan Ayahnya telah meninggal dan kini hanya berupa jasad. Ibu hanya berbaring di tempat tidur sepanjang hari, sedangkan Ayah nonton film kartun, bapak bapak mana yang masih suka nonton film kartun di tv, kecuali dia tidak bisa mengganti saluran tv nya alias sudah meninggal.

 

Si aku adalah Psikopat gila yang sudah membunuh ibu dan ayahnya. 

 

Kini dia menyekap adik laki laki nya, menyumpal mulutnya untuk disiksa demi kesenangannya.


Bukan Senja atau Lelucon Semata



Sekian lama aku hanya fokus menunggu angin, sejak pagi hingga siang menjelang angin itu tak kunjung pulang

Sampai semburat kekuningan muncul malu malu di atas kepala

Di bawah sini aku mengutuk diri sepanjang hari

Tuhan… kenapa tidak ada yang tinggal

Kenapa mereka semua serupa senja yang hanya sementara

Lalu pergi meninggalkan gelap dan aku

 


Ya, aku yang di setiap masa hanya mengingat satu nama

Hingga lupa bahwa bumi terus berputar mengelilingi matahari dan bulan masih setia bersama bumi

Sedangkan bumi tetap berada di porosnya hingga akhir masa

Di poros ini lah aku menemukan jejak jejak yang terlupakan

Hingga aku tidak ingat kapan kamu mulai datang


 

Bukan angin, bukan senja bukan pula lelucon semata

Kamu satu paket lengkap yang dikirimkan oleh Tuhan di waktu yang tepat


 

Menjadi satu hadiah terindah di bulan empat dan hari yang dipenuhi dengan berita hoax

Tapi kamu nyata

Kamu ada

Dan kamu lah Imam yang ku tunggu sejak puluhan windu yang lalu


 

Banyuwangi, 1 April 2020






The Second Coming

<< Part 6 - Part 7



Tak terhitung berapa musim sudah aku menunggu angin ku kembali sembari mengenangnya di tengah kering dan tandusnya ujung hati. Masih beriman padanya meski tahu angin tidak akan pernah kembali ke tempat pertama kali dia berembus. Ya, sudah kodratnya begitu.

Tapi entah kenapa aku seolah terhenti dan menunggu di tengah persimpangan. Menunggu entah apa yang aku tunggu hingga kini meski ku rasakan samar – samar kehadirannya di ruang dalam tempat dia biasa bersemanyam.

“Biar waktu yang sembuhkan luka,” ya memang benar itu adanya. Oleh sebab itu meski masih ku rasakan kehadirannya, meski mungkin sulit untuk tergantikan dan butuh ribuan musim untuk menghapus jejaknya tertutup butiran debu yang dibawa angin di musim kering.


Aku sudah siap.

Aku sudah berani menantang hari dan menatap matahari.

Aku sudah siap menanggalkannya rasa dan iman yang sempat tertanam sementara.

Hingga dengan yakin melabelinya sebagai kenangan yang akan aku tinggalkan.


21 perjalanan baru menunggu.




Banyuwangi, 18 November 2019

Quiet

<< Part 5 - Part 6 - Part 7 >>

"Stop trying to impress people You don't even like"


“Selamat siang, mau nonton apa?”

Sapa seorang wanita penjaga loket bioskop dengan senyum ramah.

“Joker” jawabnya.

“Mau di kursi nomor berapa? Mau di depan, di tengah atau di belakang?” wanita itu menunjukkan layar monitor yang ada di bawah agar dia bisa memilih posisi dan nomor kursi.

Masih banyak yang kosong, padahal baru beberapa hari film ini diputar di bioskop, mungkin karena ini hari kerja. Sebagian besar orang masih berkutat di tempat kerjanya, sementara dirinya yang selalu punya waktu luang siang hari, tak pernah absen mengunjungi bioskop setiap hari senin atau selasa setiap minggunya.

Apalagi profesinya yang hanya sebagai guru TK membuatnya bisa langsung pergi ke bioskop begitu selesai mengajar. Nonton film memang menjadi hobinya sejak kecil, dia nonton segala genre film, mulai dari film action, romance, komedi hingga horror sendiri. Ya, dia selalu nonton sendiri.

“Yang ini aja mbak,” dia menunjuk layar monitor tepat di posisi kursi yang diinginkannya.

“G12 ya? Silahkan tiketnya! Kuponnya mau ditukar apa? Mau Teh Kotak atau Soda?”

“Soda saja!”

Harga tiket yang sebenarnya cuma 25 ribu jadi 30 ribu karena yang 5 ribu jadi kupon buat beli minuman. Lumayan.


Kondisi bioskop yang lengang membuatnya bisa fokus menyaksikan setiap adegan di dalam film, kalau weekend pasti tidak akan bisa sepeerti ini. Biasanya dipenuhi oleh muda mudi berisik yang baru kemarin kenal film, belum lagi jika ada keluarga yang piknik sambil bawa anak kecil yang berkali – kali pesan kentang goreng atau pop corn setiap kali nonton.

Itu sebabnya dia lebih suka nonton di hari senin atau selasa setiap minggunya. Selalu di hari itu, tidak pernah di hari lain. Dan selalu sendiri. Ya, sendiri.

***
Setelah sekitar 122 menit nonton, akhirnya dia keluar dari studio 2 dan menuju ke lift untuk turun ke lantai dua. Di sana ada foodcourt jadi tidak perlu mencari tempat lain untuk makan siang. Dia langsung tertuju pada salah satu stand langganan dan memesan nasi campur bali ditambah sate lilit dan es jeruk.

Dia sengaja memilih tempat yang lumayan sepi karena semakin siang tempat ini semakin ramai dengan anak SMA yang baru pulang sekolah, bukannya langsung pulang malah main ke mall dulu buat beli boba.

Dia makan sambil mengamati sekelilingnya, sepertinya hanya dia saja yang makan sendirian di tempat seramai ini. Ada yang datang bersama teman, keluarga bahkan pasangan. Tapi dia hanya mengamati sekilas untuk kemudian kembali fokus pada makan siangnya dan segera menghabiskannya agar bisa cepat sampai rumah.

Begitu selesai, dia langsung turun ke lantai satu dan membeli Roti ‘O dan kopi untuk dibawa pulang sebagai buah tangan.

Di tempat parkir sudah ada motor matic putih 150cc berstiker semut merah dan angka 93 yang selalu setia mengantarnya kemana saja, mulai dari kerja, jalan jalan hingga mengantar barang, dan selalu sendiri. Ya sendiri cuma sama si putih ini.


Sesampainya di rumah dia hanya meletakkan roti dan kopi yang dibelinya tadi di meja lalu menyalakan laptopnya begitu selesai meletakkan tas dan jaket di tempat tidur. Hal pertama yang dilakukan dengan laptopnya adalah memeriksa email, ternyata hanya beberapa email dari kliennya.

Tak lupa dia juga memeriksa ponselnya, ada banyak pesan whatsapp yang belum terbaca. Di antaranya ada dari klien yang protes karena hasil pengerjaan website kurang sesuai dengan keinginannya, beberapa pesan dari nomor baru yang menanyakan lowongan menulis lagi.
Dan beberapa pesan yang sudah lama diabaikannya.

“Oalah… iya nggak apa – apa, kirain kamu udah nggak mau balas wa ku.”

Muncul satu pesan lagi.

“Semoga usahanya lancar ya, harus tetap semangat!”

- Aryo.




Banyuwangi, 16 Oktober 2019
Assalamualaikum.... Selamat memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Dalam memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, di daerahku biasanya diadakan sebuah tradisi yang dikenal dengan nama tradisi kembang endok atau jika dalam bahasa Indonesia nya, bunga telur. Tradisi ini konon hanya ada di Banyuwangi loh dan sudah puluhan tahun lamanya dilakukan oleh masyarakat Banyuwangi.

Ketika Maulid Nabi, semua daerah di Banyuwangi baik di Kota hingga pelosok Desa akan merayakan tradisi kembang endok.



Dalam tradisi ini, masyarakat akan beramai-ramai turun ke jalan dengan mengarak ratusan kembang endok yang ditancapkan pada pelepah pohon pisang, satu pelepah pohon pisang biasanya berisi 50 kembang endok atau lebih yang kemudian dibagikan pada masyarakat yang ada di sepanjang jalan, sambil tak henti-hentinya mengumandangkan sholawat. Tradisi ini biasanya dilakukan setelah melaksanakan sholawatan di Masjid.

Makna Tradisi Kembang Endok
Tradisi yang telah dijalankan puluhan tahun ini memiliki makna yang dalam loh, kawan. karena tradisi ini merupakan salah satu cara masyarakat Banyuwangi untuk memperingati hari lahirnya Nabi Muhammad SAW. Untuk itu tradisi kembang endok ini selalu dirayakan dan dilestarikan untuk membuat masyarakat merasakan spirit dan semangat pada hari peringatan Maulid Nabi. Tradisi ini pun menjadi salah satu syiar budaya Islam yang wajib untuk dilestarikan guna mempertahankan kearifan lokal.

Filosofi Kembang Endok
Srmentara itu filosofi kembang endok ini juga cukup dalam loh. Terdiri dari tiga lapisan yakni kulit telur, putih telur dan kuning telur. Kulit telur melambangkan keislaman, atau sebagai identitas seorang muslim. Putih telur  melambangkan keimanan yang berarti setiap muslim harus mempercayai kebesaran dan melaksanakan segala perintah Allah. Sementara kuning telur melambangkan keihsanan, yang artinya setiap muslim harus percaya dan memasrahkan diri serta iklash pada Yang Maha Kuasa.


Di tempat saya sendiri setiap tahun dilaksanakan tradisi kembang endok yang dilaksanakan seusai melakukan kegiatan sholawatan yang dilakukan di Masjid. Tak jarang tradisi ini juga dibarengi dengan melaksanakan acara tausyiah yang dipimpin oleh pemuka agama setempat.

Nah, jadi nih setiap pukul 6.30 pagi warga akan berkumpul di depan jalan raya untuk menyaksikan tradisi kembang endok ini dan berharap mendapatkan salah satu kembang endok yang diarak. Setiap tahun acara ini dilaksanakan secara besar-besaran, seperti hari ini tradisi kembang endok ini dilaksanakan dengan membuat beberapa replika yang dibuat dari kertas, ada replika yang menyerupai Masjid, Unta dan juga Gajah. Kemudian diangkat bersama-sama untuk di arak sambil tak henti-hentinya mengumandangkan sholawat yang dimeriahkan juga oleh para penabuh rebana.

Meriah deh, pokoknya.

Berikut ini tradisi kembang endok yang dilaksanakan di daerah rumah saya. Dusun Bangunrejo, Desa Alasmalang, Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi.
















Meriah kan, acaranya? Nah, kalau di tempat kalian gimana nih? Apa ada tradisi semacam tradisi kembang endok ini? Yuk, share di bawah ini ya! 



Banyuwangi , 20 November 2018
Assalamualaikum....

Sudah lama ya rasanya nggak bercuap-cuap, tapi biasanya saya bercuap-cuap kalau lagi galau loh, eh tapi sekarang juga masih galau sih, galau forever karena belum bisa move on. Eaaaaaaaa. Lupakan masalah move on.

Kali ini saya mau curhat mengenai salah satu pengalaman menarik yang sering saya alami sejak masih kecil, tapi selama ini saya selalu menampiknya dan menganggap, ah... itu mah cuma halusinasi.

Lalu kemudian saya melihat salah satu vlog dari Juliana Stephanie yang waktu itu lagi kolaborasi bareng Filo Sebastian. Sebenarnya saya kurang tahu siapa sih Filo Sebastian ini, apakah dia indigo atau semacamnya, entahlah. Kalau si Julie sih sering lihat di LDP atau video tutorial make upnya.

Nah, tapi tiba-tiba dia membahas seuatu yang membuat saya tertarik, yaitu sesuatu yang berhubungan dengan mahluk tak kasat mata gitu. Dan ketika saya melihat videonya, saya jadi merasa senasib karena sering merasakan hal yang sama yang dialami oleh Julie. Hanya saja selama ini saya diam dan menganggap, ah cuma halusinasi, lagi capek mungkin dan tentu saja takut dianggap mengada-ngada kalau cerita sama orang lain. Persis dengan yang dibilang Filo. Nah, kalau kalian pengen lihat videonya seperti apa, kalian bisa lihat di bawah ini!



Sudah lihat kan, videonya. Mari lanjutkan untuk membaca cerita saya. Sama seperti Julie, saya sedikit bingung dengan diri saya sendiri, apakah saya hanya takut, paranoid atau sebenarnya saya sensitif. Karena saya sering merasakan sesuatu yang aneh namun berusaha untuk menganggapnya biasa saja dan cuma ah, yaudahlahnya cuma halusinasi atau saya sendiri yang paraoid.

Jadi nih, saya sering banget mengalami hal-hal yang diluar nalar manusia, sama seperti yang pernah dirasakan oleh Julie dan dijelaskan oleh Filo. Pokoknya hampir mirip-mirip gitu lah, makanya saya akhirnya berani bercerita di sini. Dan selama ini semua pengalaman itu saya anggap biasa aja lah, nggak terlalu memikirkannya dan akhirnya berlalu begitu saja.

Mari simak ya, pengalaman apa saja yang pernah saya alami selama ini. Dari mulai gangguan ringan hingga cukup berat karena berhubungan dengan sentuhan. Saya bagi dalam dua part untuk tulisan ini biar nggak terlalu panjang. Kita mulai dari pengalaman ringan yang saya alami sejak beberapa tahun silam.


1. Barang Barang Suka Menghilang Sendiri Dan Kembali


Salah satu pengalaman tak masuk logika yang saya alami adalah, menghilangnya barang-barang secara misterius dan kembali sendiri justru di tempat yang nggak wajar. Sering banget nih, ngalamin ini. Saya nggak tahu apakah mereka benar-benar bisa menyentuh bahkan memindahkan barang tapi itu yang saya alami dan ini nyata. Nggak bohong apalagi dibuat-buat. Jadi keluarga saya sudah pindah rumah 5 kali dari saya kecil hingga dewasa ini, dan setiap rumah punya cerita tersendiri. Di rumah ke 4 yang saya tinggali, saya sering banget mengalami hal-hal aneh seperti barang berpindah sendiri dan tahu-tahu muncul di tempat yang aneh dan nggak mungkin bisa berpindah sendiri di sana. Yang pertama adalah smartphone milik Ibu. Jadi ceritanya Ibu dan Bapak baru pulang dari Bali, tengah malam mereka baru nyampe, terus ponsel miliknya dia ingat diletakkan di meja yang terletak di ruang tengah, saya pun lihat. Bapak juga lihat. Tapi besoknya benda itu lenyap dan baru ketemu dua minggu berikutnya di lemari yang terletak di gudang. Siapa coba yang iseng meletakkannya di situ?

Nggak hanya itu saja, smartphone milik saya juga pernah lenyap dan tahu-tahu ada di dalam sarung bantal. Masuk akal nggak? Smartphone itu ketemu karena dimiscall sih, sementara punya Ibu nggak bisa dimiscall sebab batrainya lowbat. Selain itu, anting yang saya kenakan di telinga sebelah kanan juga pernah hilang, dan dua hari berikutnya ketemu di dalam tas. Padahal saya nggak ngerasa melepasnya gitu, nggak mungkin kan jatuh sendiri dengan epic masuk ke dalam tas selempang yang biasanya saya gunakan di sebelah kiri. Menurut kalian gimana?



2. Mendengar Suara Aneh


Saya pernah mengalami apa yang dialami Julie. Samar-samar saat tertidur di depan teve, memang keadaannya sudah tengah malam. Tiba-tiba seperti ada seorang anak kecil berada di sebelah saya dan mereka tertawa. Pada saat itu badan saya nggak bisa digerakin, hingga akhirnya berusaha untuk bergerak dan ketika saya membuka mata, ternyata nggak ada apa-apa di sekeliling saya. Dan sampai kemarin saya masih percaya itu cuma halusinasi hingga akhirnya mendengar penjelasan Filo. Kejadian ini masih saya rasakan di rumah ke 4. Dan puncaknya ketika samar wulu (senja menjelang Magribh) ada seseorang yang ke rumah, dan memanggil nama saya. Ada yang jawab loh, padahal waktu itu saya lagi pergi ke rumah nenek dan kondisi rumah lagi sepi karena Bapak dan Ibu sedang pergi ke Jakarta. Pengalaman ini pernah saya  bagikan ke dalam sebuah cerita yang pernah saya posting di blog ini juga. Nih, buat kalian yang belum baca atau ingin baca lagi Suara Dari Dalam Rumah. Masih kurang aneh? Coba baca yang berikutnya.



3. Depresi Sendiri Entah Kenapa



Saya percaya, kita memiliki energi dan mereka pun memiliki energi, ada yang positif dan ada yang negatif. Energi positif biasanya hanya akan membuat saya merasakan keberadaan mereka namun masih bisa nyaman di tempat tersebut. Akan tetapi jika energinya negatif maka yang saya rasakan adalah ketidaknyamanan, gusar dan bahkan depresi. Ini yang pernah saya rasakan ketika menempati rumah ke 3. Di kamar yang berada di depan dan dekat dengan sebuah sumur tua. Katanya sih, sumur itu agak angker dan saya memang pernah melihat sekelebat, entah itu apa. Pokoknya warna putih dan lewat dengan cepat, saat saya menutup tirai jendela pukul 12 malam. Maklum imsomnia akut yang jarang tidur, jadi mangsa empuk deh. Nah, selama saya menempati kamar tersebut, hampir setiap malam saya jadi nggak bisa tidur. Dan baru merem sekitar pukul 4 pagi. Nggak hanya susah tidur, setiap malam di kamar itu saya merasakan sesuatu yang negatif. Bawaannya pengen nangis, dan nangis beneran semalaman dan saya nggak tahu apa masalahnya, apa penyebabnya, padahal saya dalam kondisi baik-baik saja tidak sedang mengalami tekanan apa pun. Tapi entah kenapa selama 2 bulan menempati kamar itu, yang saya rasakan hanya keterpurukan dan nyaris seperti orang depresi. Kejadian tersebut nggak berlanjut karena saya memutuskan untuk pindah kamar.

Ibu saya pun nggak nyaman berada di kamar itu, dan kebetulan Tante saya memang bisa melihat hal-hal aneh, mengaku ada mahluk dengan energi negatif mendiami sudut kamar itu.



Gimana menurut kalian? Apa ada dari kalian yang pernah mengalaminya? Atau malah nggak percaya dengan hal-hal begini dan mungkin menganggap saya cuma halusinasi atau paranoid sendiri. Terserah deh, karena sejujurnya sampai sekarang saya sendiri pun bingung. Dan hal-hal seperti ini emang nggak bisa dijelaskan dengan logika sehingga manusia nggak tahu pasti dan nggak harus benar-benar meyakininya. Akan tetapi kita nggak bisa melupakan fakta bahwa mereka memang ada di sekitar kita.

Ada yang pernah mengalami apa yang saya alami? Coba deh, bagikan pengalaman kalian, biar bisa sharing bareng ya! Next, pengalamannya akan lebih nyeremin dari ini. Jadi tungguin ya, kisah selanjutnya!




Lampu, gelap, lampu, gelap. Dia bisa melihat bayangan wajahnya dari pantulan kaca mobil yang dinaiki saat waktu sudah menunjukkan hampir dini hari. Tak ada satu pun orang berlalu lalang, mungkin hanya ada satu atau dua warung yang masih buka dan di situ pun tak ditemukan tanda-tanda kehidupan. Mungkin pemiliknya sudah terlelap atau sedang menikmati film tengah malam.

Kehidupan. Dia menarik napas panjang.

Ketika memikirkan kata kehidupan Dia jadi teringat akan dirinya sendiri. Masih hidupkah Dia hingga kini? Atau tubuh yang terdiri dari tulang terbungkus kulit ini sebenarnya telah mati. Telah hilang jiwanya entah pergi atau lenyap begitu saja.

Setiap hari hanya berjalan mengikuti kata hati. Dari satu tempat ke tempat lain. Lebih jelasnya lagi dari rumah satu ke rumah lain. Rumah rumah yang mau menampungnya, memberikan tempat berteduh sementara, kalau beruntung Dia akan ditawari makan juga .

Rumah mana saja asalkan terbuka maka Dia akan masuk tanpa tahu malu. Karena Dia sendiri sudah tidak memiliki rumah.

Rumahnya kini bagai neraka. Panas api aktif yang siap membakar siapapun yang ada di dalamnya termasuk Dia. Tak ada kenyamanan, ketentraman dan slogan "rumahku adalah istanaku" hanyalah lelucon belaka bagi Dia.

"Mau berhenti di mana lo?" teriak Bang Bono memecahkan keheningan.

"Jalan biasa aja Bang, depan pertigaan."

 "Yakin berhenti di situ? Itu kan jalan sepi banget. Emang nyawa lo ada banyak ya," kelakarnya sambil membangunkan Gugun yang tertidur di bangku paling depan saat mobil yang mereka naiki berhenti di depan pertigaan.

Sambil menguap Gugun turun dari mobil untuk menggeser kursinya dan membiarkan Dia keluar dari mobil, "Kagak ikutan sama kita aja lo? Udah malem gini mau ngelayap kemana lagi?" Gugun bertanya masih dengan mata setengah terbuka membuat anting kecil di alisnya berkelip lebih terang dari biasanya.

"Kagak Gun, gue masih ada urusan."

Tanpa menunggu lebih lama lagi, Gugun masuk ke dalam mobil dan kemudian melaju meninggalkan Dia beridiri di tengah kegelapan sendiri.

Dia menyebrangi jalan kemudian masuk ke dalam sebuah gang sempit dan terdapat beberapa pemuda dan pria dewasa sedang main catur, ada yang main gitar sambil makan kacang. Warga setempat yang ronda tiap malam, rutin setiap ke sini Dia selalu menemui mereka.

"Mau kemana Neng? Sini aja sama abang yuk!" goda salah satu pemuda.

Tapi Dia hanya mengacuhkan mereka dan terus berjalan menyusuri gang kecil, gelap dan becek. 

Dalam hal mengacuhkan seseorang Dia memang ahlinya. Mungkin bakat ini diturunkan oleh sang Ibu yang  selalu sukses mengacuhkan Dia hampir separuh hidupnya.

Dia sudah tidak peduli apa yang orang lain katakan tentang dirinya, tentang bagaimana hidupnya. Nyaris tidak pernah di rumah, pergi pagi dan pulang dini hari. Berkeliaran tengah malam sendiri dan bergaul dengan dua musisi gagal seperti Bang Bono dan Gugun yang berpenampilan berantakan.

Minggu lalu Dia disebut pelacur oleh tetangganya dan kemarin ada yang mengatakan jika Dia merupakan pengguna bahkan pengedar narkoba. Apapun yang dikatakan orang lain terhadap dirinya, Dia sudah lama tidak mempedulikannya lagi.

"Assalamualaikum...." dengan perlahan Dia mengetuk sebuah pintu rumah berwarna biru.

Tak lama kemudian terdengar langkah kaki dan pintu pun terbuka, "Dia," seru wanita yang Dia kenal sebagai Bu Rini. "Tengah malam begini kamu dari mana? Sengaja ke sini? Kamu baru pulang kerja ya? Apa kerja jadi pelayan kafe begitu berat nak? Lihat tubuhmu makin kurus saja. Ayo masuk, Ibu buatkan teh hangat dan indomie dulu yuk."

Dia tersenyum simpul mendapati Bu Rini yang selalu cerewet saat bertemu dengannya. Baterai wanita ini memang tak ada habisnya.

"Nggak usah Bu, sudah malam. Dia cuma mau menitipkan ini buat adik-adik," Dia menyerahkan sebuah amplop berwarna coklat lalu bergegas pergi meninggalkan Rumah Panti Asuhan Kasih Bunda.


The End


Banyuwangi, 1 November 2018